Jumat, 04 Maret 2011

inidia Ternyata Orgasme Bisa Menyiksa

Orgasme bagi kebanyakan orang merupakan suatu hal yang sangat didambakan ketika bercinta. Namun ternyata tidak semua orang merasakan orgasme sebagai kenikmatan. Sebaliknya, sebagian orang justru menganggap jika orgasme sebagai 'siksaan' karena mengalami sejumlah gejala.

Sakit kepala

Kebanyakan orang mungkin menganggap seks sebagai obat penghilang rasa sakit terbaik. Akan tetapi, sekitar 1% penderita migrain mengalami sakit kepala akut selama orgasme. Coital celphalgia atau sakit kepala yang diasosiasikan dengan rangsangan seksual dan orgasme, lazimnya dialami laki-laki dibandingkan perempuan.

Biasanya gejala itu muncul secara tiba-tiba tepat sebelum, selama, dan setelah orgasme saat berhubungan intim dengan pasangan, atau ketika bermasturbasi. Penderita biasanya merasakan sakit kepala hebat yang dapat bertahan hingga 24 jam, bahkan ada pula yang disertai mual dan muntah.

Penderita masalah itu sebaiknya segera berkonsultasi ke dokter supaya mendapatkan resep betablocker atau indomethacin dan obat analgetik lain untuk diminum 1-2 jam sebelum berhubungan seksual.

Namun masalahnya, rangsangan seksual tidak bisa menunggu 'eksekusi' satu hingga dua jam bukan?

Buang air kecil

Banyak perempuan merasa malu menyadari dirinya buang air kecil ketika berhubungan intim. Padahal kondisi itu bukan tak lazim, sebab selama orgasme otot di sekitar kandung kemih dan area genital mengalami kontraksi. Wajar jika air seni turut keluar karena Anda terlalu berkonsentrasi pada hubungan intim.

Gejala buang air kecil ketika berhubungan intim diasosiasikan dengan iritasi kandung kemih dan lemahnya otot lantai pelvis. Namun tidak sedikit yang salah membedakan gejala ini dengan ejakulasi, yaitu perempuan mengeluarkan cairan bening akibat stimulasi pada G-spot. Ejakulasi pada perempuan merupakan hal normal sehingga tidak perlu melakukan tindakan preventif.

Sementara itu, jika berhadapan dengan masalah buang air kecil saat berhubungan intim, salah satu cara mengatasinya adalah memperkuat otot pelvis dengan latihan Kegel. Selain itu, membatasi konsumsi cairan dan pergi ke toilet sebelum berhubungan intim juga merupakan tindakan preventif.

Dokter biasanya akan memberikan resep otybutynin atau obat-obatan lain untuk mengatasi masalah kandung kemih yang terlampau aktif.

Bersin

Salah satu reaksi yang paling mengganggu saat berhubungan intim adalah bersin yang timbul secara tiba-tiba dan berulang kali tepat setelah orgasme. Ada beberapa hal yang diperkirakan menjadi penyebab gejala ini.

Pertama, akibat meningkatnya aliran darah di dalam tubuh, atau sebagai reaksi iritasi eksternal. Kedua, para ahli juga menemukan fakta bahwa bersin merupakan pertanda rangsangan serta pikiran seksual.

Perawatan yang dapat dilakukan untuk mencegah bersin selama berhubungan intim yakni dengan mengonsumsi obat-obatan nasal decongestant sebelum berhubungan intim.

Sakit perut

Orgasme juga dapat menimbulkan gejala tidak menyenangkan berupa rasa sakit pada perut. Jika rasa sakit itu muncul kadang-kadang dan Anda tidak menunjukkan gejala lainnya, maka rasa sakit itu akan segera lenyap setelah beberapa saat.

Gejala tersebut muncul akibat kontraksi otot di area lantai pelvis yang juga terasa pada perut bagian bawah.

Kemungkinan lain yang menjadi penyebabnya adalah kegagalan mencapai orgasme. Selama menerima rangsangan seksual, darah yang mengalir di lantai pelvis meningkat. Jika Anda tidak mencapai orgasme, maka pelvis mengalami kemampatan sehingga memicu rasa tidak nyaman pada perut bagian bawah.

Akan tetapi, jika mengalami sakit perut akut disertai sensasi terbakar dan gejala-gejala mencurigakan lainnya, lebih baik segera memeriksakan diri ke dokter.

Alergi sperma

Sejumlah perempuan kemungkinan memiliki alergi terhadap hubungan intim. Kondisi sedikit langka yang disebut dengan alergi semen (sperma) ini, membuat penderitanya mengalami sejumlah gejala seperti gatal-gatal dan sensasi panas terbakar di area intim, pembengkakan di area intim, dan terkadang mengalami sesak nafas.

Hampir setengah perempuan penderita alergi sperma mengalami reaksi alergi selama berhubungan seks di kali pertama, dan kondisi tersebut dapat terus memburuk. Meskipun demikian, agak sulit membedakan antara alergi sperma dengan alergi karena infeksi.

Lebih menarik, para ahli menyebutkan obat terbaik untuk menyembuhkan alergi ini adalah dengan meningkatkan frekuensi hubungan seksual dengan pasangan, tentunya dengan persetujuan dokter.

Perawatan untuk alergi sperma disebut intravaginal seminal graded challenge. Penderita diberikan dosis kecil sperma pasangan ke vaginanya. Terapi ini juga diikuti dengan frekuensi hubungan intim 2-3 kali dalam sepekan.

0 komentar:

Posting Komentar

Contact